Skip to main content

Climate Change Campaign 2

MITIGASI BENCANA

Kesiapan Indonesia dalam Mengatasi Bencana Akibat Perubahan Iklim


Perubahan iklim yang kian semakin terasa mengakibatkan timbulnya bencana yang lebih ekstrim di berbagai negara, termasuk Indonesia. Maria Nilsson, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Kesehatan Global, Universitas Umea, Swedia, mengatakan perubahan iklim berdampak pada kesehatan masyarakat global. Menurutnya, Indonesia sangat rentan terkena dampaknya. Pasalnya, kepadatan penduduk yang tinggi, ribuan pulau-pulau kecil dan garis pantai sepanjang 80 ribu kilometer makin menjadikan Indonesia paling besar terkena dampak kenaikan suhu global kenaikan permukaan air laut bila es di kutub utara dan selatan mencair. (Gusti, 2013)


Sementara yang terjadi saat ini, perubahan iklim sudah menyebabkan kemarau berkepanjangan dan perubahan pola hujan yang telah mengancam keamanan pangan dengan hilangnya lebih dari 300 ribu ton produksi hasil panen. (Gusti, 2013) Lebih dari itu, jumlah curah hujan yang meningkat, bencana banjir dan longsor juga makin mengancam. Melihat kembali bencana banjir di awal tahun 2020 di Jakarta dan beberapa wilayah lainnya yang merupakan bencana banjir terparah sepanjang sejarah Jakarta. Semua bermula dari curah hujan yang sangat tinggi. 


Faktanya, suhu bumi telah naik hingga 1,1 derajat Celcius dibanding tiga dekade lalu. Tidak heran pada 2017, gletser di Antartika Timur meleleh hingga 18 juta ton per tahun akibat pemanasan global yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Pemanasan global juga mendorong terjadinya perubahan iklim ekstrim, seperti peningkatan intensitas hujan yang mengakibatkan terjadinya banjir di banyak daerah. Situasi tersebut memperparah kondisi Jakarta yang 40%-nya telah berada di bawah permukaan air laut. (ICCTF, 2020)


Kesiapan Pemerintah Indonesia

Di tingkat internasional, Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement dan telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK tanpa syarat sebesar 29 persen dengan skenario business as usual pada 2030, dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional. Pada skala nasional pun, pemerintah mengerahkan upaya melalui dibentuknya kerangka kebijakan, seperti RAN GRK (Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca) sejak 2011 dan RAN API (Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim) pada 2014. Namun demikian, pemerintah Indonesia tidak membuat perubahan iklim menjadi agenda prioritas nasional. (ICCTF, 2020)


Pemerintah harus mulai melihat isu ini sebagai prioritas dan menjalankan segala upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Rencana tersebut harus termasuk pergeseran dari pendekatan respons bencana ke manajemen risiko. (ICCTF, 2020) Kebijakan mitigasi atau upaya mengatasi penyebab perubahan iklim membutuhkan komitmen dari pemangku kebijakan dalam menyiapkan masyarakat yang adaptif menghadapi risiko perubahan iklim dan pemanasan global. Yang tak kalah lebih penting, memaksimalkan pelayanan kesehatan yang tepat waktu dalam menghadapi bencana antropogenik (ulah manusia) dan bencana alam serta  memperkuat surveilans kesehatan masyarakat. (Gusti, 2013)


Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Selain kebijakan pemerintah dalam mitigasi perubahan iklim, masyarakat pun harus ikut aktif dalam mengatasi hal ini. Caranya adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama CO2 dan meningkatkan penyerapan gas rumah kaca. Untuk mengurangi emisi gas rumah  kaca, kita dapat melakukan hal-hal berikut:

  1. Gerakan cintai bumi dengan cara:

  • Hemat air dan listrik

  • Lakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

  • Batasi penggunaan kertas

  • Hemat energi

  • Gunakan kendaraan umum

  • Konsumsi barang berdasarkan kebutuhan

  • Kurangi penggunaan gas aerosol

  • Lakukan penghijauan

  1. Memperkaya pengetahuan literasi iklim.

  2. Terlibat dalam aksi nyata peduli iklim, misalnya dengan mengikuti komunitas peduli lingkungan.

  3. Bergiat positif di media sosial dengan menyuarakan dan mengajak orang lain.

  4. Menjadi bagian kelompok kritis atau agen perubahan.

(BMKG, 2020)



Sumber:

  1. BMKG. (2020). Pada acara Seminar Adaptasi Perubahan Iklim dengan Literasi dan Outreach Skill Training, yang dilaksanakan pada 19 September 2020 di Desa Cilebut Timur, Kab. Bogor, Jawa Barat.

  2. Gusti. (2013). Minim, Kebijakan Menghadapi Risiko Ancaman Perubahan Iklim. https://ugm.ac.id/id/berita/8488-minim-kebijakan-menghadapi-risiko-ancaman-perubahan-iklim 

  3. Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF). (2020). Yang Terabaikan dalam Perubahan Iklim. https://www.icctf.or.id/2020/01/21/yang-terabaikan-dalam-perubahan-iklim/

Comments

Popular posts from this blog

THE BEST GELATO IN BOGOR | REKOMENDASI GELATO DI BOGOR

Gelato, siapa yang tidak mengenalnya. Es krim khas Italia yang dibuat dari whole milk dengan jumlah susu yang lebih banyak dan sedikit krim serta menggunakan perisa alami (non artificial falvor), menjadikannya berbeda dengan es krim biasa. Gelato juga menggunakan suhu pembuatan dan penyimpanan yang berbeda dengan es krim biasa, sehingga menjadikan tekstur gelato lebih lembut. Bagi kalian warga Bogor atau sekitar JABODETABEK yang ingin mencicipi dan menikmati gelato, di Bogor ada beberapa gelato shop terenak yang bisa kalian coba nih. Berikut rekomendasi The Best Gelato in Bogor versi aku. Check this out! Tad’s Delights Berlokasi di Kawasan Sentul lebih tepatnya di Taman Budaya Sentul. Tad’s Delights tidak hanya menyediakan sajian yang menggiurkan lidah, tapi kita juga dimanjakan oleh tempatnya yang asri dengan pohon-pohon rindang serta dekorasi yang aesthetic. Tempatnya cocok untuk berkumpul bersama keluarga, teman, atau pasangan. Kalian juga bisa sambil hunting spot foto menarik...

TIPS HOW TO BLEND IN LIKE A SINGAPOREAN

When we travel to another country or any places, especially for backpackers, of course we want to learn their culture and habits, and also to blend in like a local so you can get the feeling. Hence, here I give you some tips on how to blend in like Singaporean.   Public Transport Hacks The quickest and cheapest way of getting around Singapore is definitely via public transport. I suggest you to use NETS FlashPay or EZ Link card. With this card, you will escape the hassle of buying single trip tickets every time you take the MRT or bus. Here are some tips to get around like local:   Head to the first or last cabins and you are more likely to grab a seat. Line up behind the yellow lines and arrows before boarding the train to avoid death stares. Avoid the yellow seats on buses and the extreme seats on each row of the MRT. These are reserved for people in need. Remember to tap out on buses before you alight to avoid being charged the maximum fare. People line up behind th...

BACKPACKING KE SINGAPURA 5D4N

Singapura, negara terkecil yang terletak di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk yang mungkin lebih sedikit dari penduduk Provinsi D.K.I. Jakarta. Tentu kalian sudah tidak asing dengan ikon-ikon khas Singapura seperti Merlion, patung kepala singa dengan ekor ikan atau Marina Bay Sands, gedung tinggi dengan bentuk s eperti kapal diatasnya. Merlion Park Di blog pertama ini, akau akan membagikan pengalaman backpacking ke Singapura. Bagi kalian yang ingin melakukan backpacking ke luar negeri untuk pertama kalinya, Singapura adalah negara yang tepat karena letaknya yang dekat dengan Indonesia dan aman untuk para solo traveler perempuan. Dan untuk kalian yang ingin pergi ke luar negeri pertama kali dan benar-benar ingin merasakan atmosfir yang luar negeri banget, tapi masih dekat dengan Indonesia, Singapura adalah negara yang tepat.   Sebelum melakukan traveling, tentunya kita perlu membuat rencana. Seperti kapan akan berangkat, berapa hari berada di negara tersebut, tempat-tempat ...